SULSEL, — Kebijakan Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk mencabut tilang manual bagi masyarakat ataupun pelanggar dinilai terlalu berisiko terhadap pengguna jalan, marwah Satuan Lalulintas diseluruh pelosok Indonesia terasa dikerangkeng sejak diberlakukannya, 17 November 2022.
“Kebijakan Kapolri terkait pencabutan tilang manual tentunya akan berdampak pada meningkatnya Lakalantas dibeberapa wilayah karena akan menimbulkan efek domino, ada yang suka dan ada yang tidak suka terkait kebijakan tersebut, “kata Prof. Rahman, salah seorang warga Sulsel saat diminta tanggapannya.
Di Sulsel sendiri, grafik pelanggar dan Lakalantas sejak dihilangkannya tilang manual sangat berdampak dan mengalami peningkatan. Hal tersebut diduga karena masyarakat sudah tidak mau ambil pusing dan kadar penghargaan terhadap Personil Lalulintas kian berkurang dijalan.
“Setiap kebijakan yang diambil akan ada efek, disini (Sulsel). Masyarakat nda mau pusing, pato-patoai (bandel/ngeyel) sedangkan ada saja Polisi saja na melanggarji apalagi klo sudah nda diterapkan tilang, makin jadi, “tambahnya.
Era Digitalisasi dan laporan masyarakat akan Oknum-Oknum yang menerapkan Pungutan Liar (Pungli) menjadi pemicu utama dihilangkannya tilang manual untuk memperbaiki citra positif Polri khususnya Polisi Lalulintas. Akan tetapi hal tersebut menjadi boomerang sendiri bagi Institui Polri ketika grafik Lakalantas dan Pelanggaran makin meningkat.
“Sekarang itu era digital belum lagi laporan tentang anggota yang Pungli, inimi yang jadi pemicu seorang pemimpin mengambil kebijakan. Akan tetapi harus diurut sesuai permasalahan daerah masing-masing itulah pentingnya Otonomi Daerah, Muspida dan Forkopimda mencari solusi. Tentunya kedepan bisa saja ini menjadi Boomerang bagi Institusi jika tidak diperhatikan, “lanjutnya.
Salah seorang Anggota Satuan Lalulintas yang dimint tanggapannya mengungkapkan bahwa Marwah Satuan Lalulintas seakan dikurung/dikerangkeng dengan kebijakan tersebut. Dikarenakan atensi pimpinan hanya melakukan peneguran secara humanis sedangkan karakteristik masyarakat ditiap wilayah tentu sangat berbeda.
“Kita ini kasian sebagai Anggota dan bawahan ikut perintah pimpinan, secara tidak langsung marwah Satuan Lalulintas itu dikurung/dikerangkeng. Bertindak salah, tidak ditindak juga salah. Karena karakteristik masyarakat ditiap wilayah itu berbeda, klo cuman ditegur mereka akan tetap melakukan pelanggaran itu secara terus menerus karena tidak ada efek jera, “ungkap Personil Lalulintas yang enggan disebutkan namanya.
Dirlantas Polda Sulsel. Kombes. Pol. Faizal S. Ik, mengatakan bahwa akan mengoptimalkan ETLE dan Ditlantas Polda Sulsel telah mengajukan ke Korlantas Mabes Polri.
“Kami akan optimalkan dan maksimalkan ETLE dan sudah diajukan ke Mabes Polri, “tutu