Dengan Tekad Dan Usaha Bripda Wahyudi Jadi Personil Polri Tanpa Biaya

BONE, — Sempat tak mendapatkan respon oleh kedua orangtuanya saat menuturkan akan mendaftar menjadi anggota Kepolisiian, namun tekad dan keyakinan besar menjadikan langkah Bripda Wahyudi mendapatkan tuntunan dan petunjuk dari Allah SWT.

 

 

“Setelah UNBK tahun 2019, saya resah dan khawatir setelah lulus akan menganggur. Akhirnya saya sholat Lail dan berharap ridho Allah subhanahu Wata’ala agar memberikan petunjuk dan alhamdulillah dimalam itu juga setelah tertidur beberapa saat melalui Mimpi. Saya melihat diri saya mengenakan seragam Polri. Sebelumnya tidak ada sedikitpun niat terbersit dibenak saya untuk menjadi Polisi namun setelah mimpi itu saya yakin bahwa ini  adalah petunjuk dari Allah Subhanahu Wata’ala.  Dan esok hari saya menceritakan kejadian semalam kepada Kedua Orang TUa saya, dan memohon restunya. Namun respon awal orang tua saya tidak mendukung disebabkan persepsi masyarakat pedesaan umumnya beranggapan masuk Polisi harus bayar hingga ratusan juta, sehingga orang tua saya juga tidak mendukung, “kata Bripda Wahyudi.

 

Namun hal tersebut tidak menyurutkan bahkan menghentikan keyakinan Wahyudi terhadap petunjuk dari Allah SWT dengan keyakinan, dirinya menyampaikan kepada kedua orang tuanya.

 

“Bapak/Ibu restui saya Insya Allah, jikalau memang nyatanya harus bayar ratusan juta saya mundur, “lanjut Wahyudi.

 

Akhirnya orang tuanya pun merestui mendaftar Polisi untuk pertama kalinya, dan
Esoknya, Wahyudi menuju ke Polres untuk mencari tahu informasi tentang pendaftaran Polisi.

 

“Saya bertemu teman saya, dan akhirnya kami bersama-sama saling membantu, Rikmin di Polres Selesai, dan selanjutnya Rikmin di Polda, “tambahnya.

 

Sebelumnya Wahyudi berangkat ke Makassar dengan keperluan mengikuti Lomba, tapi kali ini dia berangkat dengan keperluan mengikuti seleksi penerimaan Polri 2019/2020.

“Di Makassar saya tinggal mengikut bersama Teman saya. Saya Pernah tinggal Bersama berpindah-pindah kurang lebih 3 rumah, namun setelah pelaksanaan tes Psikologi teman saya TMS, sehingga hari itu hari terakhir saya tinggal bersama. Setelah pengumuman tes tersebut di Batua Raya, tepatnya lorong 7 di Masjid Baburroyan, saya singgah untuk melaksanakan Sholat Ashar, “ungkap Wahyudi.

 

Setelah sholat, salah seorang jemaah bernama Mas Dicky, asal Surabaya. Di masjid itu bertanya kepada saya.

 

“Mau kemana mas, bawa barang banyak begini? “Tanya Dicky kepada saya.

 

“Saya sebelumnya dari di SPN ikut tes Polisi, saya singgah disini untuk melaksanakan sholat Ashar, “jawab Wahyudi.

 

Mubalig tersebut kembali bertanya “Terus mas tinggal dimana?, “tanyanya lagi.

 

“Untuk sekarang saya belum tau mau tinggal dimana, “jawabku lagi.

 

Dengan segera, Dicky pun mengangkat barang saya dan mengatakan untuk ikut dan tinggal bersamanya.

 

“Mas tinggal disini saja dulu, “ungkapnya.

 

Saat itu Wahyudi sangat bersyukur sebab di Makassar, dirinya tidak memiliki keluarga yang bisa membantu. Akhirnya mulai sore itu saya tinggal bersama mas Dicky di Masjid Baburroyan.

 

“Setiap Tes Akan saya Hadapi dan mengharuskan saya untuk datang lebih awal di SPN Polda Sulsel. Mengingat hal tersebut dengan keadaan saya yang tidak punya kendaraan, “ungkap Wahyudi dalam hati.

 

Terkadang Wahyudi jalan kaki berangkat jam 3, kadang juga saya Ojol (Grab) dan seiring waktu teman Wahyudi yang kebetulan kenal baik dengannya datang menjemput.

 

 

Mengingat keadaan keluarga Wahyudi yang sederhana, Ayahnya Kadir bekerja di Pegadaian sebagai Satpam dan Ibunya Siti Sumaenah adalah seorang IRT, dengan uang 300 Ribu bisa digunakan selama 1 1/2 bulan.

(MUSMULYADI)

 



error: Jangan Asal Comot Bro!!!